
KABAR ANDAU TUH – Penutupan semua titik perlintasan kargo Gaza merusak progres penting dalam pengiriman bantuan vital penyelamat nyawa sejak gencatan senjata dimulai berlaku pada 19 Januari, ungkap badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada, Rabu (5/3).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan ketahanan pangan berisiko memburuk dan para mitranya memperingatkan bahwa jika gangguan masuknya bantuan terus berlanjut, setidaknya 80 dapur umum akan segera kehabisan stok.
“PBB dan para mitranya masih mendistribusikan paket makanan dan tepung kepada warga,” ujar OCHA.
Pendistribusian ini berpotensi dikurangi atau ditangguhkan agar toko-toko roti tetap dapat menerima pasokan yang dibutuhkan untuk tetap beroperasi.
Dikatakan OCHA, para mitra ketahanan pangan sedang mendistribusikan benih sayuran dan pakan ternak untuk mendukung pemulihan produksi pangan setempat.
Namun, program itu bergantung pada aliran pasokan yang stabil.
Dana Kependudukan PBB (UN Population Fund/UNFPA) mengatakan penghentian bantuan akan menimbulkan konsekuensi yang luas bagi kaum wanita dan anak perempuan di Gaza.
“Gencatan senjata yang rapuh ini memberikan jeda yang sangat dibutuhkan oleh kaum wanita dan anak perempuan di Gaza, serta memungkinkan badan-badan PBB, termasuk UNFPA, untuk akhirnya meningkatkan pengiriman bantuan penyelamat nyawa kepada warga Palestina yang terdampak di seluruh Jalur Gaza,” ujar UNFPA dalam sebuah pernyataan.
Pemberlakuan kembali blokade mengancam terjadinya kemunduran progres pada saat yang sangat genting ketika warga sedang berjuang untuk bertahan hidup.
UNFPA mengatakan bahwa dalam 10 pekan terakhir, melalui kerja sama dengan para mitranya, pihaknya telah memberikan layanan perlindungan dan kesehatan reproduksi kepada 170.000 wanita dan anak perempuan, mendirikan 16 fasilitas kesehatan sementara, membantu ribuan ibu hamil, memastikan ketersediaan obat-obatan, mendistribusikan peralatan penampungan, serta menyediakan pasokan penting bagi hampir 4.500 ibu yang baru melahirkan.
Badan PBB tersebut menggarisbawahi urgensi akses kemanusiaan, seraya menekankan bahwa Israel harus memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan terlepas dari apakah gencatan senjata berlaku atau tidak.
Pendidikan merupakan sektor lainnya yang mengalami tekanan. OCHA menyampaikan bahwa pembatasan akses mempersulit sekolah-sekolah untuk melanjutkan proses belajar-mengajar, mengingat kurangnya pasokan kebutuhan pendidikan di pasar.
Beberapa siswa telah dapat kembali bersekolah setelah keluarga-keluarga pengungsi keluar dari gedung-gedung sekolah yang mereka gunakan sebagai tempat penampungan.
Namun, OCHA mengatakan bahwa sekolah-sekolah tersebut kekurangan perabotan yang layak, air bersih, toilet yang berfungsi baik, serta barang-barang kebutuhan dasar, seperti buku tulis dan pulpen.
OCHA menyebut pendanaan untuk respons kemanusiaan masih menjadi tantangan utama.
“Lebih dari dua bulan berjalan di tahun ini, kami mendapatkan kurang dari 4 persen dari 4 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.371) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan paling mendasar di seluruh Wilayah Palestina yang Diduduki, terutama di Gaza,” kata OCHA.
Skala kebutuhannya luar biasa besar, begitu pula kekurangan dananya yang juga luar biasa besar. (Firmansyah Samsi Silam)